Semua Peristiwa Atas Kehendak-Nya dan Hanya Allah Yang Maha Tahu
Setiap kejadian yang dialami oleh manusia di dunia ini semuanya
terjadi karena kehendak Yang Maha Kuasa Allah SWT. Baik itu kejadian
membahagiakan, menyedihkan, penuh canda tawa atau pun sarat dengan air mata.
Firman Allah SWT,
“Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.”(QS;Thaha,3)
Sebagian banyak orang mengatakan bahwa, apa yang dialami oleh
manusia di dunia ini adalah sekenario dari Tuhan, kita sebagai manusia
ciptaan-Nya hanya bisa menjalankannya ibarat sebagai pemain drama di dalamnya.
Dan artinya pula bahwa kejadian di bumi dan di langit semuanya atas kehendak
Allah SWT. Begitu rapinya Allah SWT. Mengatur dengan sedemikian rupa, bahkan
tumbuhnya rumput-rumput kecil di jalanan, di hutan, di padang gersang dan
gugurnya daun-daun kuning di setiap pohon, semuanya atas kehendak-Nya. Dan
tidak ada satu pun kisah di dunia ini yang serba kebetulan, namun semuanya
sudah ditata rapi oleh yang Maha Berkehendak Allah SWT. Namun apakah benar,
banyak kejadian yang semuanya serba kebetulan?
Cobalah kita simak cuplikan kisah hidup anak manusia ini;
Ada sepasang suami istri yang setiap harinya melaksanakan aktifitas
yang sama di setiap pagi dan siang hari. Suatu hari si-suami mengantarkan
istrinya ke sekolah dasar untuk mengajar. Sesampainya di depan kantor, si-istri
pun turun, bersalaman mencium tangan suaminya dan masuk ke dalam ruangan. Masih
tujuh langkah kurang lebih si-istri masuk menuju ruang ceklok, namun tiba-tiba
ada suara gaduh dari arah jalan raya. Sepertinya terjadi sebuah kecelakaan.
Si-istri curiga jangan-jangan suara gaduh yang barusan saja ia dengar adalah
benturan motor suamu dengan kendaraan tertentu. Si-istri begitu kalut, sebagian
hatinya seperti lenyap begitu saja, yang ada dalam benaknya hanyalah maut dan
maut. Kemudian seluruh siswa sekolah dasar tersebut berlarian menuju tempat
kecelakaan, lalu kembali putar balik menuju kantor. Sembari berteriak “suami
ibu kecelakaan, suami ibu kecelakaan.” Hati si-istri tersebut semakin hancur
lembur dan tanpa pikir panjang ia-pun lari sekencang-kencangnya menuju lokasi
kecelakaan yang tepatnya di depan sekolah.
Sesampainya di lokasi, tepatnya di bibir jalan raya, si-istri
melihat dari seberang jalan suaminya berjalan sedikit terpincang sembari
menuntun motor dengan hati-hati.
Seperti mendapatkan gutyuran air hujan yang satu tahun tidak turun,
hatinya menjadi dingin, sejuk, dan lambat laun kedamaian menyelinap dalam
ruangan hatinya, ketenangan terbaca di air muka si istri. Ia bersyukur kepada
Allah dengan berguman lirih mengucapkan kalimat “Alhamdulillahirobbil’alamiin,”
terima kasih ya Rabbi Engkau telah menyelamatkan suami hamba, sambungnya lagi.
Ketika ia berjalan menuju warung yang sudah reok dan sudah
dikerumuni banyak orang yang penasaran dengan kejadian pagi itu, banyak orang
yang berbisik kepadanya dan menunjuk ke arahnya. Sehingga terdengar suara “itu
kan bu Ida guru sd situ,” ah ternyata banyak wali murid saya di sini,
gerutunya. Mungkin juga ada yang melihat awal mula kecelakaan ini terjadi,
sambungnya lagi.
Sesampainya di dalam warung, ia melihat suaminya duduk berhadapan
di atas amben bambu. Tangan suaminya memegang dada kanan, sedangkan tangan
bapak satunya memegang dada kiri. Keduanya seperti memendam rasa sakit yang
begitu dalam, air muka mereka berdua
meringis menahan sakit. Sepertinya mereka berdua menderita luka dalam yang
tepatnya di dalam dada. Entah itu tulang rusuk yang memar atau bahkan tulang selangka yang patah, semua
itu hanya ada dalam benak si-istri.
Dan yang pasti si-istri melihat ada luka di kaki kanan bawah suaminya
dan di kaki kaki kiri bawah bapak yang menabrak juga ada luka, terlihat celana
bagian bawah robek tergencet jalan beraspal.
Kemudian si-istri, si-suami dan bapak yang menabrak tadi salin
tanya. Apa yang menyebabkan kecelakaan ini bisa terjadi. Dan si-bapak
mengembalikan jawabannya kepada orang-orang yang mengerubungnya dan ternyata
mereka yang menyaksikan kejadian awalnya. Lalu ada bapak yang menjadi sakisi
kecelakaan itu terjadi bertanya apakah ini semua dilaporkan pada yang berwajib.?
Kami bertiga seperti grop paduan suara menjawab bersamaan dengan kata “tidak,
sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan saja” alhamdulillahirobbil’alamiin
lagi-lagi si-istri mengucapkan kata syukur. Ia menjadi lega dengan peryataan
dari bapak yang menabrak juga dari suaminya.
Singkat cerita, si-bapak yang kesakitan tadi akhirnya menunggu
istrinya untuk menjemput dan membawanya ke tempat kerja untuk melakukan absen
ceklok. Dan suami bu guru tadi pulang dengan membawa motor dan di tab oleh
salah seorang guru dari sekolah dasar tersebut. Karena memang motornya tidak
bisa ditumpangi sebab mesin blognya putus sehingga olinya merembes keluar terus
sehingga motor tidak bisa dinyalakan.
Ketika istri dari bapak tersebut datang, dan subhanallah ia
mengenali wajah bu guru dan ternyata mereka berdua adalah teman wali murid
ketika anaknya masih berada di bangku MI dan MTs Tebuireng. Dan suasana begitu
mencair, dua istri ini saling bercerita kalau anak merekan adalah teman baik,
dan ternyata dua istri tersebut sering melakukan chating di whatsapp wali murid
ketika anak mereka masih di bangku MTs. Mereka berdua saling bercerita tentang
chatingnya mengenai belajar anak-anak, kapan ujian, dan hal-hal lain yang ada
hubungannya dengan sekolah mereka. Mereka saling bertanya keadaan mereka,
anak-anak mereka sekolah di mana. Canda tawa mereka terbit begitu saja diantara
obrolannya.
Kemudian peristiwa tersebut menjadikan dua keluarga ini semakin
akrab serta persaudaraan diantara mereka terjalin dengan baik. Yang semual
tidak pernah bertemu, dipertemukan. Yang semula terpisah oleh waktu
dipertemukan kembali dalam keadaan yang berbeda dan menjadikannya silaturahmi
semakin erat. Merka saling berkunjung untuk sekedar melepas kangen dan
menanyakan kabar. Dan kedua anak mereka meski beda gander, hubungan
pertemanannya semakin baik, saling beri kabar, saling menasehati, menanyakan
mata pelajaran sekolah dan lain sebagainya.
Nah apakah ini semua kebetulan, atau hanya rekayasa saja? Atau
bahkan ada yang beranggapan bahwa ini semua hanya hayalan saya saja? Tapi
baiklah itu anggapan yang sah-sah saja. Karena memang tidak mengalami kejadian
tersebut di atas. Dan tetapi mengapa dua istri ini dipertemukan dalam insiden
seperti itu, yang sedikit menyedihkan? Bukankah mereka berdua bisa bertemu
dengan cara chating di grop atau japri istilah kerennya sekarang. Mengapa anak
mereka dipertemukan lagi dalam keadaan yang membuat hati keduanya memaneh sedih
karena melihat luka yang dialami oleh ayah mereka berdua? Mengapa ini semua
terjadi? Apakah masih ada yang bilang ini semua kebetulan semata?
Semua peristiwa di dunia ini, di seluruh sudut kehidupan manusia
sudah ada yang mengaturnya. Yang memegang dunia-lah, Yang Maha berkehendaklah
yang telah mengatur semuanya. Kedua anak mereka yang telah terpisah oleh waktu,
dipertemukan kembali oleh Allah. Kedua keluarga yang masing-masing suaminya
tidak pernah bertemu, namun sengaja Allah pertemukan dalam suasana yang
berbeda, entahlah apa tujuan selanjutnya dibalik peristiwa tersebut hanya Tuhan
yang tahu. Kemudian mengapa kedua bapak yang kecelakaan di atas tidak saling
emosi, mengumpat atau bahkan membentak-bentak lawannya? Mengapa mereka berdua
saling diam, lalu menginginkan jalan damai? Ah semuanya tentu sudah Allah
rencanakan, sudah Tuhan kehendali apa yang terjadi pada semua hamba-Nya. Tapi
memang keadaan damai adalah yang diharapkan oleh kedua bapak tersebut.
Coba
pembaca bayangkan, kecelakaan yang begitu dramatisnya, begitu rumitnya, mereka
berdua selamat, hanya luka dalam yang tidak begitu parah. Tidak ada nyawa yang
melayang, kalau bukan kehendak Allah, siapa lagi yang mampu menandingi
rencana-Nya. Hanya Allah Yang Maha Mengatur semua mahluk-Nya di seluruh belahan
bumi.
Terlihat disini ke-egoisan diantara mereka telah diusir Allah dari
hatinya. Yang hanya ada rasa damai saja. Tidak ada emosi diantara mereka,
saling menyadari bahwa semua yang terjadi hanyalah Allah yang menghendaki.
Padahal secara manusiawi, jiwa kita tak luput dari rasa egois. Ketika kita
berencana melakukan susuatu dan kemudian mengalami kegagalan karena ulah
seseorang. Kita tentunya cenderung akan marah, menyesal akan usaha kita yang
gagal dan lalu timbullah kata “seandainya ... tidak ada atau tidak terjadi
kecelakaan ini ....”
Mereka tidak tahu bahwa dibalik kejadian itu, ada rencana Allah
yang manis tentunya. Ada silaturahmi yang terputus kemudian tersambung lagi,
ada persaudaraan yang belum terjalin, lalu tertaut karena kejadian kecelakaan
itu.
Firman Allah SWT.
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya−sebagaimana
tetapnya kalung−pada lehernya. DanKami keluarkan baginya pada Hari Kiamat
sebuah kitab yang dijumpainya terbuka,” (QS Al-Isra’[17]:13)
Padahal kita mengetahui bahwa sifat mengandai seperti itu adalah
dilarang dalam Islam, melamun apa lagi. Manusia cenderung ingin berhasil sesuai
yang ia harapkan, mengendarai motor sampai di tempat kerja, ceklok lalu duduk
dan melakukan aktifitas seperti biasa. Berhasil dalam usaha, sekolah, kuliah,
pernikahan itulah yang ada dalam benak setiap manusia. Namun dibalik itu Islam
memberikan nasehat yang indah, manusia hanya mampu berusaha, berencana tapi
Tuhan-lah yang menentukan hasil akhirnya sesuai dengan ikhtiar manusia. Allah
mengabulkan semua doa-doa manusia, mengabulkan apa yang dibutuhkannya bukan apa
yang diinginkan manusia. Dan Allah Maha Tahu segala rahasia manusia kedepannya,
ingin sukses, kaya, jabatan tinggi dan lain sebagainya. Apabila kita mencapai
sesuatu dengan cara yang instan atau cepat tanpa proses yang sedemikian rupa,
maka manusia akan menjadi sombong, lupa diri, lupa bersyukur kepada Allah.
Firman Allah SWT:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)Ku. (QS Al-Baqarah,152)
Allah telah menentukan semua nasib hamba-Nya baik itu maut, rizki,
jodoh yang akan mengikuti manusia kemanapun mereka pergi serta beraktifitas. Semua
itu sudah dicatat Allah dalam Lauh al-Mahfuzh. catatanya Kita sebagai hamba-Nya wajib
untuk berikhtiar, berdoa dan senantiasa berbuat baik dengan sesama. Tidak ada
yang perlu disesalkan terhadap semua yang telah terjadi, karenan dibalik semua
peristiwa pasti Allah sudah sediakan hikamahnya yang indah bagi semua
hamba-Nya. Dan yang terbaik bagi manusia adalah rajhasi bagi Allah. Dan
bahwasanya yang terjadi pada semua mahluk-Nya adalah atas kehendak-Nya dan
bukan karena kebetulan, ada tangan-tangan Allah di situ. Karena Allah adalah
sutradara di atas sutradara, pemegang kekuasaan yang Hakiki.
Wallahu’a’lam. (Nur Zaidah)
Jombang, 19 Maret 2018
#Writing Challenge
Referensi:
1.http://fgulen.com/id/karya/qadar/49473-qadga-dan-takdir-dilihat
2.https://mbakarlin.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar