Minggu, 18 Maret 2018







Semua Peristiwa Atas Kehendak-Nya dan Hanya Allah Yang Maha Tahu


Setiap kejadian yang dialami oleh manusia di dunia ini semuanya terjadi karena kehendak Yang Maha Kuasa Allah SWT. Baik itu kejadian membahagiakan, menyedihkan, penuh canda tawa atau pun sarat dengan air mata.

Firman Allah SWT,
“Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS;Thaha,3)

Sebagian banyak orang mengatakan bahwa, apa yang dialami oleh manusia di dunia ini adalah sekenario dari Tuhan, kita sebagai manusia ciptaan-Nya hanya bisa menjalankannya ibarat sebagai pemain drama di dalamnya. Dan artinya pula bahwa kejadian di bumi dan di langit semuanya atas kehendak Allah SWT. Begitu rapinya Allah SWT. Mengatur dengan sedemikian rupa, bahkan tumbuhnya rumput-rumput kecil di jalanan, di hutan, di padang gersang dan gugurnya daun-daun kuning di setiap pohon, semuanya atas kehendak-Nya. Dan tidak ada satu pun kisah di dunia ini yang serba kebetulan, namun semuanya sudah ditata rapi oleh yang Maha Berkehendak Allah SWT. Namun apakah benar, banyak kejadian yang semuanya serba kebetulan?

Cobalah kita simak cuplikan kisah hidup anak manusia ini;
Ada sepasang suami istri yang setiap harinya melaksanakan aktifitas yang sama di setiap pagi dan siang hari. Suatu hari si-suami mengantarkan istrinya ke sekolah dasar untuk mengajar. Sesampainya di depan kantor, si-istri pun turun, bersalaman mencium tangan suaminya dan masuk ke dalam ruangan. Masih tujuh langkah kurang lebih si-istri masuk menuju ruang ceklok, namun tiba-tiba ada suara gaduh dari arah jalan raya. Sepertinya terjadi sebuah kecelakaan. Si-istri curiga jangan-jangan suara gaduh yang barusan saja ia dengar adalah benturan motor suamu dengan kendaraan tertentu. Si-istri begitu kalut, sebagian hatinya seperti lenyap begitu saja, yang ada dalam benaknya hanyalah maut dan maut. Kemudian seluruh siswa sekolah dasar tersebut berlarian menuju tempat kecelakaan, lalu kembali putar balik menuju kantor. Sembari berteriak “suami ibu kecelakaan, suami ibu kecelakaan.” Hati si-istri tersebut semakin hancur lembur dan tanpa pikir panjang ia-pun lari sekencang-kencangnya menuju lokasi kecelakaan yang tepatnya di depan sekolah. 

Sesampainya di lokasi, tepatnya di bibir jalan raya, si-istri melihat dari seberang jalan suaminya berjalan sedikit terpincang sembari menuntun motor dengan hati-hati.
Seperti mendapatkan gutyuran air hujan yang satu tahun tidak turun, hatinya menjadi dingin, sejuk, dan lambat laun kedamaian menyelinap dalam ruangan hatinya, ketenangan terbaca di air muka si istri. Ia bersyukur kepada Allah dengan berguman lirih mengucapkan kalimat “Alhamdulillahirobbil’alamiin,” terima kasih ya Rabbi Engkau telah menyelamatkan suami hamba, sambungnya lagi.

Ketika ia berjalan menuju warung yang sudah reok dan sudah dikerumuni banyak orang yang penasaran dengan kejadian pagi itu, banyak orang yang berbisik kepadanya dan menunjuk ke arahnya. Sehingga terdengar suara “itu kan bu Ida guru sd situ,” ah ternyata banyak wali murid saya di sini, gerutunya. Mungkin juga ada yang melihat awal mula kecelakaan ini terjadi, sambungnya lagi.

Sesampainya di dalam warung, ia melihat suaminya duduk berhadapan di atas amben bambu. Tangan suaminya memegang dada kanan, sedangkan tangan bapak satunya memegang dada kiri. Keduanya seperti memendam rasa sakit yang begitu dalam, air muka  mereka berdua meringis menahan sakit. Sepertinya mereka berdua menderita luka dalam yang tepatnya di dalam dada. Entah itu tulang rusuk yang memar  atau bahkan tulang selangka yang patah, semua itu hanya ada dalam benak si-istri.

Dan yang pasti si-istri melihat ada luka di kaki kanan bawah suaminya dan di kaki kaki kiri bawah bapak yang menabrak juga ada luka, terlihat celana bagian bawah robek tergencet jalan beraspal.
Kemudian si-istri, si-suami dan bapak yang menabrak tadi salin tanya. Apa yang menyebabkan kecelakaan ini bisa terjadi. Dan si-bapak mengembalikan jawabannya kepada orang-orang yang mengerubungnya dan ternyata mereka yang menyaksikan kejadian awalnya. Lalu ada bapak yang menjadi sakisi kecelakaan itu terjadi bertanya apakah ini semua dilaporkan pada yang berwajib.? Kami bertiga seperti grop paduan suara menjawab bersamaan dengan kata “tidak, sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan saja” alhamdulillahirobbil’alamiin lagi-lagi si-istri mengucapkan kata syukur. Ia menjadi lega dengan peryataan dari bapak yang menabrak juga dari suaminya.

Singkat cerita, si-bapak yang kesakitan tadi akhirnya menunggu istrinya untuk menjemput dan membawanya ke tempat kerja untuk melakukan absen ceklok. Dan suami bu guru tadi pulang dengan membawa motor dan di tab oleh salah seorang guru dari sekolah dasar tersebut. Karena memang motornya tidak bisa ditumpangi sebab mesin blognya putus sehingga olinya merembes keluar terus sehingga motor tidak bisa dinyalakan.

Ketika istri dari bapak tersebut datang, dan subhanallah ia mengenali wajah bu guru dan ternyata mereka berdua adalah teman wali murid ketika anaknya masih berada di bangku MI dan MTs Tebuireng. Dan suasana begitu mencair, dua istri ini saling bercerita kalau anak merekan adalah teman baik, dan ternyata dua istri tersebut sering melakukan chating di whatsapp wali murid ketika anak mereka masih di bangku MTs. Mereka berdua saling bercerita tentang chatingnya mengenai belajar anak-anak, kapan ujian, dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan sekolah mereka. Mereka saling bertanya keadaan mereka, anak-anak mereka sekolah di mana. Canda tawa mereka terbit begitu saja diantara obrolannya.

Kemudian peristiwa tersebut menjadikan dua keluarga ini semakin akrab serta persaudaraan diantara mereka terjalin dengan baik. Yang semual tidak pernah bertemu, dipertemukan. Yang semula terpisah oleh waktu dipertemukan kembali dalam keadaan yang berbeda dan menjadikannya silaturahmi semakin erat. Merka saling berkunjung untuk sekedar melepas kangen dan menanyakan kabar. Dan kedua anak mereka meski beda gander, hubungan pertemanannya semakin baik, saling beri kabar, saling menasehati, menanyakan mata pelajaran sekolah dan lain sebagainya.

Nah apakah ini semua kebetulan, atau hanya rekayasa saja? Atau bahkan ada yang beranggapan bahwa ini semua hanya hayalan saya saja? Tapi baiklah itu anggapan yang sah-sah saja. Karena memang tidak mengalami kejadian tersebut di atas. Dan tetapi mengapa dua istri ini dipertemukan dalam insiden seperti itu, yang sedikit menyedihkan? Bukankah mereka berdua bisa bertemu dengan cara chating di grop atau japri istilah kerennya sekarang. Mengapa anak mereka dipertemukan lagi dalam keadaan yang membuat hati keduanya memaneh sedih karena melihat luka yang dialami oleh ayah mereka berdua? Mengapa ini semua terjadi? Apakah masih ada yang bilang ini semua kebetulan semata?

Semua peristiwa di dunia ini, di seluruh sudut kehidupan manusia sudah ada yang mengaturnya. Yang memegang dunia-lah, Yang Maha berkehendaklah yang telah mengatur semuanya. Kedua anak mereka yang telah terpisah oleh waktu, dipertemukan kembali oleh Allah. Kedua keluarga yang masing-masing suaminya tidak pernah bertemu, namun sengaja Allah pertemukan dalam suasana yang berbeda, entahlah apa tujuan selanjutnya dibalik peristiwa tersebut hanya Tuhan yang tahu. Kemudian mengapa kedua bapak yang kecelakaan di atas tidak saling emosi, mengumpat atau bahkan membentak-bentak lawannya? Mengapa mereka berdua saling diam, lalu menginginkan jalan damai? Ah semuanya tentu sudah Allah rencanakan, sudah Tuhan kehendali apa yang terjadi pada semua hamba-Nya. Tapi memang keadaan damai adalah yang diharapkan oleh kedua bapak tersebut.

 Coba pembaca bayangkan, kecelakaan yang begitu dramatisnya, begitu rumitnya, mereka berdua selamat, hanya luka dalam yang tidak begitu parah. Tidak ada nyawa yang melayang, kalau bukan kehendak Allah, siapa lagi yang mampu menandingi rencana-Nya. Hanya Allah Yang Maha Mengatur semua mahluk-Nya di seluruh belahan bumi.

Terlihat disini ke-egoisan diantara mereka telah diusir Allah dari hatinya. Yang hanya ada rasa damai saja. Tidak ada emosi diantara mereka, saling menyadari bahwa semua yang terjadi hanyalah Allah yang menghendaki. Padahal secara manusiawi, jiwa kita tak luput dari rasa egois. Ketika kita berencana melakukan susuatu dan kemudian mengalami kegagalan karena ulah seseorang. Kita tentunya cenderung akan marah, menyesal akan usaha kita yang gagal dan lalu timbullah kata “seandainya ... tidak ada atau tidak terjadi kecelakaan ini ....”

Mereka tidak tahu bahwa dibalik kejadian itu, ada rencana Allah yang manis tentunya. Ada silaturahmi yang terputus kemudian tersambung lagi, ada persaudaraan yang belum terjalin, lalu tertaut karena kejadian kecelakaan itu.

Firman Allah SWT.
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya−sebagaimana tetapnya kalung−pada lehernya. DanKami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka,” (QS Al-Isra’[17]:13)

Padahal kita mengetahui bahwa sifat mengandai seperti itu adalah dilarang dalam Islam, melamun apa lagi. Manusia cenderung ingin berhasil sesuai yang ia harapkan, mengendarai motor sampai di tempat kerja, ceklok lalu duduk dan melakukan aktifitas seperti biasa. Berhasil dalam usaha, sekolah, kuliah, pernikahan itulah yang ada dalam benak setiap manusia. Namun dibalik itu Islam memberikan nasehat yang indah, manusia hanya mampu berusaha, berencana tapi Tuhan-lah yang menentukan hasil akhirnya sesuai dengan ikhtiar manusia. Allah mengabulkan semua doa-doa manusia, mengabulkan apa yang dibutuhkannya bukan apa yang diinginkan manusia. Dan Allah Maha Tahu segala rahasia manusia kedepannya, ingin sukses, kaya, jabatan tinggi dan lain sebagainya. Apabila kita mencapai sesuatu dengan cara yang instan atau cepat tanpa proses yang sedemikian rupa, maka manusia akan menjadi sombong, lupa diri, lupa bersyukur kepada Allah.

Firman Allah SWT:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku. (QS Al-Baqarah,152)

Allah telah menentukan semua nasib hamba-Nya baik itu maut, rizki, jodoh yang akan mengikuti manusia kemanapun mereka pergi serta beraktifitas. Semua itu sudah dicatat Allah dalam Lauh al-Mahfuzh. catatanya  Kita sebagai hamba-Nya   wajib untuk berikhtiar, berdoa dan senantiasa berbuat baik dengan sesama. Tidak ada yang perlu disesalkan terhadap semua yang telah terjadi, karenan dibalik semua peristiwa pasti Allah sudah sediakan hikamahnya yang indah bagi semua hamba-Nya. Dan yang terbaik bagi manusia adalah rajhasi bagi Allah. Dan bahwasanya yang terjadi pada semua mahluk-Nya adalah atas kehendak-Nya dan bukan karena kebetulan, ada tangan-tangan Allah di situ. Karena Allah adalah sutradara di atas sutradara, pemegang kekuasaan yang Hakiki.



Wallahu’a’lam. (Nur Zaidah)

Jombang, 19 Maret 2018

#Writing Challenge
 Referensi:
1.http://fgulen.com/id/karya/qadar/49473-qadga-dan-takdir-dilihat
2.https://mbakarlin.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi