Sabtu, 27 Mei 2017

Exclusive Interview on Mount Bromo with Dr. Syamsul Arifin and Cameraman Nur Zaidah


BROMO, 11 Mei 2017 saya dan teman-teman anggota PERGUNU PAC. kecamatan Ngoro  Jombang sampailah di kampung Tengger, tepatnya di lokasi parkir mobil yang tempatnya tidak beraturan dan sempit karena letaknya yang tidak strategis, ada yang di depan rumah warga ada juga yang di depan penginapan. 
Usai kami istirahat sebentar serta membersihkan diri meski cuma mengambil air wudhu dan sholat shubuh bagi anggota yang belum menunaikan. Kami segera mempersiapkan segala sesuatunya, air minum, jaket, masker, kaca mata, topi ninja serta tas rangsel juga makanan ringan, sarapan pagi tak lupa sudah sebagian anggota menikmatinya. Segera kami terbagi menjadi 2 hingga 4 kelompok, karena setiap dari kami terkadang tertinggal berapa puluh kaki dari kelompok lainnya karena asik menikmati pemandangan di sekitar tempat parkir menuju Gunung Bromo. 
Jalan beraspal yang menurun dan jaraknya kurang lebih 1 km, sehingga kami membutuhkan teknik pengereman kaki dan turun secara perlahan meski harus menguras tenaga sebegitunya.

                         Ketika kami bertemu kembali saat melangkah perlahan di jalan beraspal
                                                      yang menurun menuju lautan pasir Bromo

Sesampai kami pada perbatasan jalan beraspal dan jalan yang di penuhi pasir, kami dihadapkan pada lautan pasir Bromo yang luasnya, subhanallah 5250 hektare. Bisa tidak membayangkan luasnya seperti itu lalu kita berada sendiri di tengah-tengahnya. Ah kok nglantur, yang jelas di antara kami sat menuju lokasi gunung Bromo dan mengarungi lautan pasir itu ada yang naik kuda dan ada yang berjalan kaki loh, hebat kan?

                                             Bu Mamik satu di antara dua dosen
                                                               yang naik kuda
Alhamdulillah saya dan teman saya sampai di sebuah bangunan yang cukup besar, apa ya? Samar-samar terlihat di depan mata karena kabut masih menggelayut di udara.
Aha, ternyata "Pure Luhur Poten" di dinding itu tertulis. Rupanya ini adalah tempat pemujaan suku Tengger yang beragama hindu.

Kami beristirahat sebentar, dengan menikmati semangkok bakso gratis, hehe Alhamdulillah dapat traktiran dari teman SMA yang baik hati dan kebetulan satu rombongan. Ternyata ada teman-teman lain yang sudah sampe di Pure, terlihat mereka menikmati bakso panas untuk mengusir hawa dingin yang menusuk sukma, hehe copi paste dari teman SMA. 


Ternyata saya dan teman SMA tertinggal jauh di belakang, gegara jepret-jepret klik sana klik sini. Tak terasa dengan semangat yang terus kita bangun, sampailah kita di sisi timur Bromo, terlihat jalur menuju puncak yang begitu sempit, berliku serta penuh debu pasir. Juga lalu lalang kuda-kuda tunggang, tak ayal debu-debu terus berhamburan. Kita sepakat untuk jalan kaki menuju tangga Gunung Bromo yang kemiringannya hampir 45 derajat. 



Alhamdulillah sampailah kita di kaki Gunung Bromo, tepatnya pada anak tangga pertama menuju kawah Bromo. Kita sudah sampai di badan gunung, jalan yang Anda lalui akan berubah menanjak dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Di Bromo sudah tersedia 250 anak tangga yang dapat dilalui para pengunjung untuk sampai ke puncak sang Brahma. Tangga di Gunung Bromo sendiri terbagi menjadi 2 jalur, yang satu untuk naik dan satunya untuk turun. Dengan sisa tenaga yang mungkin 75%, kita menaiki tangga satu demi satu sembari menata keluar masuknya nafas.


Kurang lebih 20 menit kita akhirnya sampai di kawah Brahma, tetapi belum sampai 15 menit teman saya mengajak turun. Ha? ada apa ya, akhirnya kita turun dengan begitu hati-hati karena sangat begitu banyak pengunjung di bibir Gunung Bromo sehingga kalau tidak hati-hati bisa-bisa terpeleset dan jatuh di kawah Brahma, naudzubillahimindzalik ....

Ketika kita turun dari puncak Bromo, saya sempat mengabadikan pemandangan di antara sekelilingnya. Orang-orang yang naik tangga, pegunungan semeru di sekitarnya, juga yang paling indah adalah kabutnya. Subhanallah seperti negeri di atas awan. Kabut putih menutupi sebagian badan gunung dan lautan pasir sehingga hanya terlihat puncaknya saja.

Dan subhanallah kita sempat berkenalan dengan wisatawan asing dari Europe, yang kebetulan juga menyukai dunia seni seperti saya, hhe. Tampak di lehernya tergantung kamera yang bermerk. Teman saya yang fasih dengan bahasa Inggris dengan sok akrabnya ala reporter tv one berbincang-bincang dengan wisatawan itu.

Ini dia hasil wawancara ekslusifnya cekedoott ....









                              Ketika Dr. Syamsul Arifin wawancara special dengan wisatawan dari Europe
Cukup keren kan, menjadi reporter dadakan dan cameramen andaikan saja setiap ada event travelling saya bisa menjadi seorang cameramen, ahay sungguh pengalaman yang sangat berharga dan tidak pernah terlupakan. 

Okey segera kita simak bagaimana Dr. Syamsul begitu lugasnya menanyakan tentang bagaimana pendapat wisatawan asing itu tentang Bromo dan pemandangan di sekitarnya. 

Tapi ada pertanyaan yang special juga dari wawancara ini, apa yang menjadi sebab wisatawan asing itu begitu akrab dengan reporter dan cameramen? Ayo coba dijawab ya sholihah sholihin ....


Eh tapi sengaja video ini tidak saya edit sama sekali karena begitu alaminya perbincangan antara saya, Dr. Syamsul dan beberapa wisatawan asing lainnya dan inilah yang membuat indah dan logat bahasanya begitu kental.



Dan ngomong-ngomong ini ada bocoran sedikit lo, kalau teman saya yang doktor itu ternyata di samping beliau seorang guru di sebuah SMA, beliau juga seorang dosen di STIT Al Urwatul Wustho, dan juga seorang pengurus PERGUNU PC. Kabupaten Jombang.



Dan cameramen dadakannya alias saya sendiri adalah salah satu anggota baru PERGUNU yang baru bergabung 1 bulanan.





                     dari kiri, Dr. Syamsul Arifin reporter, nomor dua Nur cameramen, nomer 3                                                                                  bu Ida salah satu panitia


Lelah yang mendera, peluh yang terus keluar dan luruh di antara tubuh kami perlahan menyeruak di antara kaostum kami sehingga membuat gerah dan panas. Seiring matahari yang terus bergeser ke arah barat, teriknya yang semakin menyengat menjadikan kami segera ingin bernjak dari lautan pasir itu. 


Usai perjalanan pendakian ke puncak Bromo yang begitu berat medannya, akhirnya kami sampai di tempat parkir mobil elf long dengan selamat. Meski tenaga yang tersisa tinggal 50-75%, kami masih ingin melanjutkan perjalanan ke tempat wisata berikutnya. 



Oleh; Nur Zaidah

Sabtu, 20 Mei 2017

KHILAFAH dan KERAJAAN






 BUKU KHILAFAH DAN KERAJAAN


Judul Buku       : Khilafah dan Kerajaan (Evaluasi Kritis atas Sejarah Pemerintahan Islam)
Diterjemahkan dari : Al-Khilafah wa Al-Mulk
Penulis             : Abul A’la Al-Maududi
Penerjemah      : Muhammad Al-Baqir
Pengantar        : M. Amien Rais
Penerbit           : Mizan
Cetakan           : VII/November 1998
Jumlah             : 456 hlm; 2,2 cm 

         Buku ini juga merangkum spektrum yang sangat luas,mulai dari konsep Islam tentang Pemerintahan, penyimpangan-penyimpangan oleh Bani Umayyah, Abasiyah, hingga kristalisasi Ahlus-Sunnah Wal-Jama’ah dan kodifikasi hubungan hubungan Islam olehImam Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Sehingga buku ini sempat menyulut kontroversi dikalangan ulama’ konservatif, sehingga penulis terpaksa memuat tanggapannya atas kecaman-kecaman yang dilontarkan.


       Beberapa analisis telah disajikan oleh Al-Maududi dengan tajam dan evaluasi yang sangat berani atas kurun waktu yang kelam dalam sejarah pemerintahan Islam, setelah sepeninggal Rosulullah SAW.
         Buku ini juga merangkum spektrum yang sangat luas, mulai dari konsep Islam tentang Pemerintahan, penyimpangan-penyimpangan oleh Bani Umayyah, Abasiyah, hingga kristalisasi Ahlus-Sunnah Wal-Jama’ah dan kodifikasi hubungan hubungan Islam olehImam Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Sehingga buku ini sempat menyulut kontroversi dikalangan ulama’ konservatif, sehingga penulis terpaksa memuat tanggapannya atas kecaman-kecaman yang dilontarkan.
Buku ini pada lembaran awalnya berisi pengantar dari seorang tokoh Muhammadiyah Bapak Amien Rais, yang memaparkan tentang biografi penulis yang merupakan seorang pemikir pembaharuan Islam. Tidak kurang dari 138 buku telah ditulis Abul A’la Al-Maududi, mulai dari masalah sejarah, pendidikan, hukum, politik, ekonomi, modernisasi, Al-Quran, strategi perjuangan, ibadah, kedudukan wanita dalam perjuangan dan lain-lain.
Teori Politik Islam menurut Al-Maududi adalah bahwa kedaulatan (souverenitas) ada di tangan Tuhan bukan di tangan manusia dan bahwa Tuhan sajalah yang berhak menciptakan hukum (A-Quran 12;40, 3;154, 79;16 dan lain-lain). Berbeda dengan teori demokrasi bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat. Alasan Al-Maududi adalah karena banyak sekali penyelewengan praktik demokrasi, dan sering berlaku hukum besi oligarki (the iron law of oligarchy) yaitu kelompok penguasa yang bekerja sama untuk menentukan kebijaksanaan politik, ekonomi, negara tanpa menanyakan bagaimana sesungguhnya aspirasi rakyat yang sebenarnya.
Al-Maududi meninggal pada tahun 1953 karena dijatuhi hukuman mati oleh pemerintahan Pakistan karena masalah yang berkaitan dengan sekte Ahmadiyak Qadiani.

Ringkasan Buku

Buku ini sengaja penulis paparkan gambaran tentang ajaran-ajaran Al-Quran yang diterapkan dalam pemerintahan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.  Prinsip-prinsip yang menjadi dasa khilafah pada masa pemerintahan ke-empat sahabat beliau yang terkenal dengan sebutan Khulafa’urrosyidin.

Sepeninggal Rosulullah SAW atau saat zaman khulafa’urrosyidin pemerintahan Islam dilanda pergantian cara pemilihan khalifah (pengganti). Juga terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pemerintahan Islam yang semula menganut sistim khilafah tapi sudah menjelma menjadi sistim kerajaan pada masa Bani umayyah dan Bani Abbas.  Sehingga khilafah rasyidah kehilangan eksistensinya, perang saudara tidak bisa dielakkan, akibatnya muncul perselisihan-peselisihan kemazhaban dalam barisan Islam. Setiap masalah baru menimbulkan firqah (kelompok) yang kadangkala terpecah lagi menjadi kelompok aliran sempalan yang kecil. Tak ketinggalan juga masa kejayaan Pemerintahan Islam yang sesuai dengan ‘al-khilafah ar-rasyidah (khilafah yang adil dan benar).
Penulis juga menjelaskan tentang Imam Abu Hanifah yang mengkodifikasikan akidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah serta kiprah Abu Yusuf dan karyanya yang agung Kitab Al-Kharaj pada masa pemerintahan saat itu.

Isi Singkat

Sampul buku yang cukup memikat pembaca untuk ingin mengetahui lebih lanjut apa yang tertulis dalam buku ini. Warna sampul hijau tua kehitaman, di padu dengan tulisan judul yang indah “Khilafah dan Kerajaan” juga ada simbol gambar dua buah pedang yang berbentuk mirip silang menambah lugas apa yang tersirat di dalamnya.

Buku ini terdiri dari sembilan bab, setiap bab-nya penulis menjelaskan secara detail sehingga menggiring pembaca untuk menebar keingintahuannya tentang isi dari pada buku yang ditulis oleh Abu A’la A-Maududi.
Bab pertama, penulis menjelaskan tentang dasar ajaran Al-Quran yang diterapkan dalam pemerintahan Islam, dan undang-undang tertinggi hanya milik Allah semata. Musyawarah adalah prinsip utama yang wajib dilaksanakan oleh pemimpin suatu Negara. Tujuan dan sasaran negara adalah menengakkan keadilan, menghentikan kezaliman serta menyebarkan kebajikan dan memerintahkan pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar. Dan Allah SWT sangat membenci pada kezaliman (hal.75-76)

Bab ke dua, dasar-dasar pemerintahan dalam Islam yang tertinggi adalah di tangan Allah serta pada hakikatnya khilafah atau perwakilan bersumber pada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya (Q.S. 4;59,64,65,80, 105;5:44, 45, 47 ;7:3;12:40;24:54, 55;33:36;59:7) (hal.93).

Bab ke tiga, penulis memaparkan tentang kekhalifahan yang adil dan benar serta ciri-cirinya sepeninggal Rasulullah SAW. Pemilihan secara musyawarah dan langsung, kemudian tidak fanatisme kelompok, serta adanya jiwa demokrasi pada saat pemilihan dan pemerintahannya.
Bebas mengeluarkan pendapat dalam musyawarah (hal. 130-131).

Bab ke empat, sesuai dengan judul buku yang ditulis oleh Abu A’la Al-Maududi Khilafah dan Kerajaan, maka analisis beliau secara mendalam berlakunya khilafah dalam kepemimpinan pemerintahan Islam yang berubah menjadi sistim Kerajaan terjadi dalam 6 tahapan.  Pertama terjadinya kekhawatiran Umar terhadap penggantinya yang akan mengadakan perubahan politik yang telah diikuti sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Sampai pada saatnya sendiri dengan perlakuan khusus terhadap kerabatnya sendiri. Ke dua Usman bin Affan r.a telah menyimpang dari kebijaksaan ini. Tahap ke tiga sampai ke enam Sayyidina Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah pengganti khalifa Usman bin Affan sam pai pada Mua’wiyah sebagai penguasa yang di sebut dengan raja pertama pertama dalam sejarah Islam.

Bab ke lima, perbedaan sistim khilafah dan kerajaan di antaranya adalah pengangkatan khalifah, perubahan cara hidup, perubahan kondisi baitul mal, lenyapnya kemerdekaan berpendapat, berakhirnya pemerintahan berdasarkan musyawarah, munculnya fanatik, hilangnya kekuasaan hukum.

Bab ke enam, penulis menganalisa tentang adanya pertikaian yang ditimbulkan oleh munculnya beberapa mazhab dalam barisan ummat Islam dan ini terjadi karena tidak berlaku lagi sistim khilafah.

Yang pada akhirnya kholifah Usman bin Affan terbunuh oleh kelompok-kelompok yang tidak puas atas pemerintahannya. Yang mengakibatkan terjadinya perang saudara, Perang Onta, Perang Shiffin, pertempuran Nahrawan.

Sehingga rakyat menjadi bingung dan menimbulkan banyak tanya di benak mereka. Siapa yang berada di atas jalan kebathilan? Mengapa mereka bertahan di atas jalan kebathilan? Serta banyak pertanyaan lain yang membuat rakyat semakin bingung dan didera gelisah yang tiada ujung dan pangkalnya. Akibatnya lahirlah jawaban-jawaban dari pertanyaan mereka sendiri dan terbentuk teori-teori politik, keagamaan, yang ujungnya teori-teori dari kelompok-kelompok tersebut berubah menjadi ideologi mereka.

Sampai pada pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbas syarat adanya pertikaian, pembunuhan dan berlanjut pertikaian di bidang ideologi, akidah, kekerasan. Bersamaan dengan itu setiap perdebatan, pertikaian muncul firqah (kelompok).
Firqah itu antara lain, Syi'ah, Kawarij, Murji'ah, Mu'tazilah, yang merupakan akar dari sebuah pertikaian

Yang terahir bab tujuh, adanya pertikaian itu maka timbul dua pimpinan dalam sitem kerajaan, pertama pimpinan politis yang dipimpin oleh raja, amir, dan sultan. Pimpinan keagaan adalah nomor dua yang bebannya dipikul oleh para ulama' dan orang sholeh di kalangan ummat Islam waktu itu.

Adalah kiprah seorang imam Abu Hanifah seorang pemimpin keagamaan dan karya agungnya yang mengkodifikasikan akidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah serta kiprah Abu Yusuf dan karyanya yang agung Kitab Al-Kharaj pada masa pemerintahan saat itu.



Pada akhir buku ini belia Abu A’la Al maududi menyebutkan protes-protes yang dilayangkan terhadap buku tersebut, mengingat betapa penting dan sensitifnya pembahsan buku ini karena diantaranya berkaitan denga kedudukan sahabat sendiri.


Sebagaimana jawaban Abu A’la Al Maududi dalam buku tersebut bahwa Diantara tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk menjawab tuduhan-tuduhan orientalis terhadap sejarah islam. terutama aspek politik islam dan pemerintahan dalam sejarah islam, sehingga seringkali terjadi penyelewengan dan mengaburkan kemulian islam itu sendiri dan membuat generasi islam antipati terhadap khazanahnya sendirinya.

Buku ini adalah jawaban yang cukup jelas dan lengkap bagi pembaca yang begitu penasaran dengan adanya 4 mazdhab yang ada di dunia. Juga sebagai pembelajaran bagi ummat Islam pada umumnya di mana, dan mau dibawa kemana agama Islam ii kedepannya tergantung kita sendiri dan para ulama' serta umara'.

Juga untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan bercermin pada perjuangan Rasulullah dalam menegakkan agama Islam juga pengorbanan para kholifah dalam mengibarkan panji Islam.

Oleh; Nur Zaidah





Rabu, 17 Mei 2017

Sabtu, 13 Mei 2017

PERGUNU NGORO - Saksikan Indahnya Sun Rise di Kampung Tengger

Mountain Bromo we're coming, adalah pengalaman perdana saya dan anggota serta pengurus PERGUNU PAC, Ngoro lainnya, ke lokasi wisata yang terkenal di belahan mancanegara. Siapa sih yang tidak mengenal Bromo? Bromo salah satu gunung yang masih aktif di Jawa Timur selain gunung aktif lainnya. Pesonanya mampu menyihir jutqaan orang untuk mengunjunginya dan menyaksikan keelokan pasir serta kabutnya juga kawahnya yang tidak kalah penting.

Alhamdulillah saya bisa sampai di lokasi wisata Bromo karena PERGUNU PAC, Ngoro Jombang. Mungkin ini salah satu berkahnya bergabung dengan organisasi Islam Nahdlatul 'Ulama' yang didirikan oleh Khadrotus Syeh Hasyim 'As'ari dari Tebuireng Jombang. Ah saya tidak mau lama-lama curhat tentang ini, langsung saja kita baca essay perjalanan PERGUNU Ngoro menyaksikan Indahnya Sun Rise kanpung Tengger Bromo, cikidoottt ...

Tiba di lokasi

TENGGER - 11 Mei 2017 kurang lebih pukul 04.45 kami rombongan dari PERGUNU PAC. Ngoro Jombang mendaratkan kaki di pelataran lokasi parkiran Gunung 
Bromo. Hawa dingin yang begitu menyengat serta menghujam pori-pori kulit, membuat kami seketika itu sejenak enggan untuk turun sebahagiannya.

                     Foto yang saya ambil ketika matahari terbit kurang lebih sudah 40-an menit


Namun apa yang kami lihat di ufuk timur sana,  ha, matahari terbit, Sun Rice?. Alhamdulillah kami satu rombongan masih bisa menikmati indahnya semburat cahaya yang memanjang dengan warnanya yang orange, coklat, kebiruan dipadu sedikit garis warna kemerahan, menambah perfect-nya pesona Sun Rise pagi itu. Meski kita tidak bisa menyaksikan dari awal munculnya Dewi Penghangat Bumi, tidak apa-apa. Ini sudah mampu mewakili rasa penasaran kami terhadap si-Sun-Rice (dewi Penghangat Bumi), julukan dari saya pribadi.

Ketika Sun Rise Menyisakan Jejaknya

Pesona Sun Rice pagi itu telah mengikis habis seluruh gerah serta rasa capek kami usai perjalanan dari Jombang, ke Makam KH. Hamid Pasuruan ke Bromo. Seketika kami berhamburan keluar dari elf long milik pengusaha transportasi dari Peterongan Jombang yang disewa oleh panitia. Rupa-rupa warna dan merk mobil pribadi terlihat sudah berjejer rapi di pelataran parkir perkampungan Tengger. Karena letak dataran yang tidak sejajar atau karena bukan dataran rendah maka tampak di sana sini ada mobil (di depan rumah penduduk).   

Sebahagian dari kami ada yang mengabadikan indahnya sun rice itu dengan mengambil gambarnya, juga ada yang merekam menggunakan video. Ada juga yang mengabadikannya dengan berselfi layaknya seorang model, hehe seperti saya juga. Namun sayang tidak terlihat jelas gambarnya karena saat itu masih terlalu pagi.

                                       Bu Luluk, bu Papik (panitia) saat menikmati sunrice

Tetapi ada juga yang seketika turun dari mobil berhamburan keluar untuk mencari sebuah toilet untuk  ... termasuk saya juga, tahu kan yang saya maksud. Karena sudah sejak memasuki kampung Tengger didera gelisah dengan perut masing-masing. Ada juga yang menuju sebuah warung kopi untuk sekedar menepis dan mengusir hawa dingin yang sedari memasuki kampung Tengger sudah berusaha untuk memasuki medan-medan tempur tubuh kami.

Namun dibalik itu semua kami tidak melupakan kewajiban yang utama mendirikan Sholat Shubuh, alhamdulillah ada musholla kecil di sana sehingga kami dapat menunaikan kewajiban rukun Islam nomer dua, Sholat setelah Syahadad.. Tetapi sepertinya ada juga yang menunaikannya di dalam kendaraan saat menuju lokasi Bromo.

Usai menunaikan keawajiban Sholat Shubuh, kami peserta Road To Mountain Bromo segera prepare segala sesuatunya yang dibutuhkan saat turun menuju padang sahara untuk mengarungi lautan pasir mrnuju puncak Kawah Bromo. Mulai dari memakai jaket, masker, kaca mata, sepatu, sarung tangan, sleyer semua sudah terpasang di tubuh masing-masing anggota PERGUNU Ngoro.


 
                                         Seperti ini perlengkapan mengarungi lautan pasir
    
Oh ya yang nggak kalah penting, persediaan minuman entah itu teh, kopi, atau sejenisnya. Namun yang the best one-nya masih air bening. Mengkonsumsi air bening akan menjaga keadaan tubuh tetap sehat dan organ-organ di dalamnya bisa bekerja secara maksimal. Sebagian tubuh manusia sangat membutuhkan asupan cairan contohnya kulit, jantung hingga otak. Meskipun tidak berwarna dan tidak berasa, air putih memiliki fungsi yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia.

Namun sayang sekali di antara kami peserta terlihat sudah ada yang mencuri start duluan, sehingga tidak bisa berangkat bersama-sama menuju lautan pasir Mountain Bromo.

                                                   Ketika start menuju lautan pasir Bromo
            
Haha, cukup ini saja ya moment kami saat menyaksikan Sun Rice di pukul 04.45. Giliran saat yang lain saya akan menceritakan kisah perjalanan kami peserta Road T Mountain Bromo PERGUNU PAC. Ngoro Jombang hingga mencapai puncak kawahnya.

Trimakasih ...

Bersambung ...

Oleh; Nur Zaidah







Selasa, 09 Mei 2017

Apa Saja Yang Harus Dipersiapkan pada Road To Mount BROMO?

                           - Prepare Road To Mount BROMO -


Ketika anda membuat planing untuk berwisata, Gunung Bromo adalah lokasi wisata yang  bisa menjadi destinasi anda. Karena sudah tidak menjadi rahasia lagi kalau Gunung Bromo sudah sangat dikenal di kalangan wisatawan domestik maupun wisatawan luar negeri. 

Gunung Bromo adalah satu obyek wisata gender gunung yang ada di Indonesia, lokasi geografis Gunung Bromo tepatnya berada di Provinsi Jawa Timur, Bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tepatnya di kelilingi oleh 4 lokasi pemerintahan kabupaten dikarenakan gunung bromo berada di perbatasan kabupaten tersebut, yakni Kapupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang serta Kabupaten Lumajang.

Saat anda akan mulai perjalanan tour, tentu ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, antara lain;
1. Waktu, adalah penting di mana anda harus sudah jauh-jauh hari merencanakan  waktu apa yang tepat serta longgar untuk mengunjungi wisata tersebut. Karena tidak dipungkiri setiap hari anda tentu disibukkan oleh aktifitas yang padat. Ajaklah teman atau kelompok organisasi yang anda ikuti, sesuaikan 
schedulnya sehingga pada hari-H nya bisa terlaksana.

2. Kesehatan badan harus dipersiapkan dengan matang karena dengan tubuh yang bugar maka kemanapun kaki melangkah akan terasa ringan.

3.Jaket, untuk menghadang angin yang menerpa badan sehingga tubuh serasa hangat.

4.Masker, alat untuk mengamankan hidung serta mulut kita agar kekejaman debu-debu tajam yang tidak terlihat oleh kedua retina. Apa lagi di Gunung Bromo terdapat hamparan lautan pasir yang setiap saat setiap waktu butiran pasirnya didera oleh sang bayu. Jadi anda bisa menyiapkan satu atau dua masker untuk berjaga-jaga.

5.Sepatu atau sandal, 

PADUAN SUARA PERGUNU PAC. KECAMATAN NGORO ; Sangat Memukau saat Performent Perdana



                                                Ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya


BULUREJO, 01 Mei 2017 kali pertama tim Paduan Suara PERGUNU PAC.kecamatan Ngoro kabupaten Jombang ketiban sampur untuk meramaikan acara Konferensi Persatuan Guru Nahdlatul 'Ulama yang setiap lima tahun satu kali digelar.

                            Prepare keberangkatan team paduan suara di Kantor MWC Banyuarang

Di sebuah gedung kampus STIT Urwatul Wustqo yang cukup sejuk karena berada tepat di tengah-tengah perkebunan kelengkeng milik Drs.KH. M.Qoyyim Ya'cub atau lebih familiernya dipanggil Gus Qoyyum, pengasuh pondok pesantren Urwatul Wustqo Bulorejo Diwek Jombang, di mana acara ini digelar.

                                                 Selfi bersama ketika hari terahir latihan

Kegiatan ini bertujuan untuk memilih pengurus PAC. PERGUNU kabupaten Jombang periode 2017/2022. Sekaligus tempat diadakannya Seminar Pendidikan dalam rangka meramaikan acara konferensi tersebut

Pada event ini team paduan suara PERGUNU PAC. kecamatan Ngoro menyajikan 5 tembang yang lagi ngehit di dunia ke-NU-an.


                          Usai performent sebagian anggota foto bersama pemateri seminar pak Samsul

Usai pembacaan Gema Wahyu Ilahi team ini tampil dengan performent yang membahana serta elegan yang beranggotakan para dewan guru dari beberapa lembaga pendidikan agama islam di kecamatan Ngoro.

Suara-suara emas dari personil paduan suara sempat menghipnotis para peserta Konferensi, sehingga riuh terdengar tepuk tangan dari mereka semua.

Indonesia Raya adalah lagu wajib yang harus dinyanyikan oleh team paduan suara, diikuti oleh para hadirin dengan berdiri. Dengan khikmat lagu pertama sukses, Mars PERGUNU di urutan ke-dua dan yang ke-tiga syair YALAL WATHON.

Begitu serempaknya padu padan jenis suara, Alto, Sopran, Alto 1, Alto 2, juga Tenor, Bariton, dan Bass larut dalam satu irama musik yang mengalun sendu dan khikmad juga dalam tempo yang energik sehingga menambah hidupnya suasana saat itu yang kebetulan cukup redup karena mentari tertutup mendung.

                                                    Sebagian anggota cantik menunggu jemputan


Kostum dari semua personil team nampak cerah dan terang, batik sulur motif daun juga bunga warna hijau dipadu kuning crem dan di sana sini tampak logo dari PERGUNU  menambah indah serta sedap dipandang mata.

Jilbab warna kuning  Markisah yang menutup aurat bagian atas kepala personil wanita yang menjuntai sampai pinggang dipadu dengan bros mutiara hijau keemasan pada bahu sebelah kanan. Maxi hitam, high hils hitam menambah cantik, feminin, begitu perfectnya juga sangat  mempesona tampilan mereka.

Diiringi oleh musik electone yang begitu piawai dari jejari terampil salah satu anggota PERGUNU kecamatan Ngoro sempat juga memukau para peserta Konferensi. Alunan nada dari tuts-nya electone mampu mengiringi sejumlah lagu yang dibawakan oleh para anggota paduan suara dengan apik.

Dan di penghujung acara usai pembacaan doa, dua tembang dilantunkan oleh team padua suara PERGUNU PAC. kecamatan Ngoro dengan Sholawat Nadliyyah yang endingnya ditutup dengan Keroncong Tanah Airku.

Alhamdulillahirobbil'alamiin pujian juga sanjungan terkhusus buat grop paduan suara PERGUNU PAC. kecamatan Ngoro terus terdengar dari semua peserta konferensi.

Semoga kedepannya grop paduan suara PERGUNU PAC. kecamatan Ngoro bisa Go-Internasional serta manfaat dan barokah. Aamiin ya Robbal'Aalamiin ...

Minggu, 07 Mei 2017

Kesan Pertama Yang Singgah; pada sebuah pertemuan

Pada setiap pertemuan yang sudah direncanakan ataupun tidak diduga. Tentu tidak bisa dipungkiri banyaklah kesan yang singgah di dalam benak mereka. Lalu kesan-kesan itu ada yang diaplikasikan yang positif dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk tulisan ataupun perilaku.



Apabila dalam bentuk tulisan bisa berupa buku harian, cerpen novel, artikel, essay, puisi, prosa dan mungkin dalam bentuk lain. Mungkin ini segi positif yang bisa diambil dari sebuah pertemuan atau kejadian.

Namun kerap kali segi negatif itu ada, gunjingan terhadap kekurangan apapun dalam pertemuan itu entah tempat, makanan hidangan musik, kostum, rupa wajah dan masih banyak lagi. Pembicara yang kurang pas dengan tema, panitia yang kurang komit dan sebagainya.

Gunjingan atau komentar dari beberapa yang hadir itu memang biasa terjadi. Ada sebab ada akibat, ada positif ada negatif, ada pertemuan ada perpisahan. Dan manusia diciptakan Allah pada karakter yang berbeda, pribadi yang dewasa ada, juga yang kekanak-kanakan.

Semua itu disebabkan karena setiap kesan yang di petik oleh seseorang kemudian mengutarakan komentarnya itu tergantung pada latar belakang pendidikannya apa, keadaan ekonominya bagaimana. Cara asuh kedua orang tua bagaimana, lingkungan mereka tinggal juga sangat berpengaruh dalam membentuk sebuah opini atau pendapat.

Bijaksananya sebuah opini yang dibarengi dengan nasehat adalah sebuah karakter komentator yang baik. Namu  juga sebaliknya. Yah begitulah efek dari sebuah peristiwa yang sudah diplaning, apa lagi yang tidak direncanakan.


Oleh, Nur Zaidah

Jombang, 08 Mei 2017

Kamis, 04 Mei 2017

RABINDRANATH TAGORE

                       
               RABINDRANATH TAGORE

                  - Sebuah Pengantar Kritis -


Rabindranat Tagore, seorang sosok fenomental mendunia melalui adikarya dan pemikirannya yang monumental. Citra manusia universal yang membangun ideologinya melalui nilai-nilai tradisional. Penentang imperealisme Barat abat 19, serta penggagas perjodohan Timur dan Barat, seorang Gurudewa dan humanis sejati yang syair-syairnya syarat seruan lembut cinta kemanusiaan dan kedamaian.

Gandhi menjulukinya "the Great Santinel", Prototipe sastrawan India paresellance yang kata-katanya sarat dengan aroma spiritual dan mistisme yang dalam. Dia layak disejajarkan dengan penulis-penulis besar lainnya. Banyak yang menyebutnya sebagai Goethe dari India, sebagian menempatkannya sebagai kutub perjumpaan Shakespear, Goethe dan Voltaire. D.S Sarma menjulukinya sebagai "Leonardo da Vinci Renaissance India". Hadiah Nobel Kesusatraan diperolehnya tahun 1913 lewat mahakaryanya Gitanyali; the Song of Offering.

Kelahirannya

Bungsu dari tujuh putra dan anak ke-14 dari Maharshi Debendranath itu bernama Rabindranat Tagore, lahir dari kultur keluarga yang kaya dan aristokerat tanggal 6 Mei 1861 di jantung kota Kalkuta Joransko. Dan di Kalkuta pula dia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1941.

Tahun 1875 tulisan-tulisan Tagore sudah banyak dicetak dalam bentuk puisi. Sekitar 7000 baris sajak berhasil ia tulis saat usia 18 tahun. Sama sepertiShakespeare ia memanfaatkan segala sesuatu yang berhsil singgah di benaknya.

Menikah dengan Mrinalini seorang gadis berusia sepuluh tahun dan nyaris sedikit buta huruf tahun 1883. Baginya menikah adalah sebuah penawar untuk melanjutkan lirik, naskah drama, cerita novel, cerita essay. Kemashurannya semakin menjadi, kepiawaiannya seorang pemimpi, sang penyair, sang pencipta melodi, penyulam khayalan, berhasil melaksanakan tugas dari ayahnya.

Gitanyali, adalah sekumpulan lirik atau prosa yang terlahir dari sebuah peristiwa yang membuat dia berduka, dikala dia mendengar panggilan Sang Maha Agung, catatan suci Sang Peniup Seruling, Sang Penyair Alam dan Manusia yang mulai merindukan Tuhan. Dia kehilangan istri dan dua anak (seorang putri dan seorang putra). Namun dia tidak mau mengotori lautan Dewa Keindahan dengan duka cita pribadi. Dan puisi adalah menjadi bahasa komunikasi yang tinggi bagi dirinya serta dia tulis dalam bahasa Bengali. 

Tahun 1912, bulan Nopember Tagore menerjemahkan prosanya ke dalam bahasa Inggris. Dan tahun 1913 dia mendapatkan penganugerahan Nobel di bidang satra. Tahun 1920 dia mendirikan Universitas Wiswabharati di Santiniketan, serta berkelilng dari negara Timur sampai Barat untuk mengumpulkan dana sekaligus mengangkat harkat India dimana-mana. Dengan berjalannya waktu dia tidak menerima dengan adanya ketidakadilan politik dan ketiakadilan lainnya.

Ini adalah salah satu reaksi Tagore sebagai seorang penyair terhadap tragedi Jallianwalah Bagh, ceritannya kepada Maitraiya Dewi:

       "... Kini aku bisa mengingat betapa berat dan tak tertangguhkannya penderitaan yang aku rasakan. Aku tak habis pikir - apa memang apa memang tidak ada jalan keluar?-tidak ada obat penawar? Apakah kita tidak bisa memberikan jawaban apa pun? Apa kita tidak bisa melakukan apa-apa? Jika kita harus menahannya semua ini, rasanya tidak mungkin menjalani hidup. Maka aku menulis surat itu(kembali ke masa mudanya) malam itu. Aku membutuhkan waktu sampai jam enam pagi, abru sesudah itu tidur ... Tetap membisu, sementara protes bergejolak dalam hati, karena diam memang bijak; dan hanya berbicara pada saat yang tepat - itu bukan caraku."

Jenius dan Brilian

Pria ini lebih agung dari karyanya, sekali pun kita bisa mendekatinya hanya lewat sejumlah karya-karyanya. Kita dibuat takjub oleh si-Jenius Brilian ini ujar Buddhewa Bose 'Kendala besar dalam memberikan apresiasi yang tepat terhadap Tagore  adalah bahwa dia banyak menulis, tak tertandingi berlimpah dan beraneka ragam bisa dibandingkan dengan karya Goethe."

Ketika Tagore menulis drama, novel, cerpen, sang penyeru bidang politik, filsafat, pendidikan, sang penyair tidak bisa mengatur kecepatan maupun nadanya, membuat puisi itu menjadi elan, sang jiwa yang lainnya tak lebih menjadi penampilan permukaan. Rabindranat adalah jiwanya, Tagore adalah kerangkanya. 

Rabindranat adalah sang penyair, si anak abadi, mahluk intuisi dan ketakjuban yang tidak pernah tua, dia adalah perupa keindahan penyanyi lagu-lagu dan pemberi cinta dan kehidupan. Tagore juga seorang kepala rumah tangga, pejuang, internasionalis, dan humanis yang agung.

Karyanya

Tagore memang tidak salah disebut sang Jenius dan Brilian, disamping penulis puisi, dia juga penulis cerpen, novel serta naskah drama.

Karya-karyanya antara lain:
1.   Gitanyali; kumpulan puisi dalam bahasa Bengali yang digambarkan sebagai "Lagu Sesembahan." 
      didalamnaya termasuk gubahan-gubahan dari kumpulan puisi Naiwedya, Kheya, Gitismalaya. 
      Gitanyali disebut sebagai "pernmata puisi religius bahasa Inggris" oleh orang barat. Pada         
      penerbitan   pertama tampak pada baris awal mempunyai kekuatan mengucapkan hati; "Engkau           telah membuatku abadi, demikianlah kesenangan-Mu."
      Ada yang menarik dalam kumpulan puisi ini yang berjudul "Reminiscences"
      "Tapi apakah seseorang penulis puisi untuk menjelaskan sesuatu? Sesuatu terasa dalam hati dan        berusaha keluar untuk mencari bentuknya dalam puisi."
      Misalkan apakah artinya 'aroma' sekuntum bunga? Mungkin seseorang akan berkkata, "aroma itu       adalah kebahagiaan universal yang terwujud dalam bunga?' tapi puisi ditulis dalam kata-kata, dan       kata-kata dianggap memiliki makna. Itulah sebabnya penulis harus mengolahnya dalm metrum 
      dan bait", sehingga makna bisda disamarkan dan perasaan memiliki kesempatan untuk 
      mengekspresikan dirinya.

2.  The Gardener, The Crescen Moon; terbit tahun 1913 yang merupakan puisi dari terjemahan lagu- 
     lagu yang ditulis Tagore sebelum Gitanyali. Karya ini lahir karena rasa duka Tagore yang 
     mendalam kehilangan anak dan istrinya. The Crescen Moon mengajak kita masuk ke dalam 
     rahasia kehidupan anak yang penuh khayalan, humor, derma dan kebijaksanaan primordial.
     Ini yang saya suka; "Mereka meronta dan berkelahi, mereka gamang dan putus asa, tak ada akhir 
                                 bagi perselisihan mereka".
                                "Biarkan hidupmu hadir di antara mereka bagaikan nyala cahaya, anakku, tanpa 
                                  kerlap-kerlip dan murni, dan menyenangkan mereka dalam keheningan...
                                 Biarkan mereka melihat wajahmu, anakku, sehingga tahu makna segala hal; 
                                 biarkan mereka mengasihimu dan akhirnya saling mengasihi.

3.  Fruit, Gathering, Lover's Gift and Crosing, adalah naskah puisi.

4.  The Child, puisi panjang terjemahan bahasa Inggris lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Bengali. 
     Puisi ini terbagi dalam 10 bagian. Ada yang menarik juga saya cuplik sedikit 
          "Adimanusia yang kelahirannya di dunia ini memenuhi makna kehidupan sementara ...yang 
           kedatangannya telah dinantikan bumi selama berabad-abad.'

5.  The Fuigitive and Other Poems adalah puisi yang menjadi jalan pembuka bagi Tagore untuk 
     menuju dunia drama.

6.  Citra adalah naskah drama yang paling menarik dari naskah drama lainnya, menurut Krishna 
     Kripalani ini adalah drama yang tanpa cacat. Drama paling indah kata Edward Thomson, dan kata 
     Masti Venkatesa Iyengar naskah ini sangat indah."

7.  The King of The Dark Chamber, naskah drama tentang pengembaraan jiwa dalam berbagai 
     usahanya untuk mengenal Tuhan

8.  The Post Office, juga naskah drama, petualangan bersama Tuhan membuat manusia sembuh jiwa 
     raga.

9.  Muktha-Dara (1922), Red Oleanders (1924), Natir Puja (1926), naskah drama.

10.  Cerita Pendek, tagore menulisnya pada dekade 1890 dan merupakan penulis cerpen terbaik. 
       Hampir 100 cerita ditulis Tagore dalam antologi bahasa Inggris, misalnya; Glimpses of Bengal 
       Life (1913), Tehe Hunry Stones (1916), Masbi (1918), Broken Ties (1925), The Parrot's Training        (1944), dan The Runaway (1959).

11.  Novel, dari puluhan novel Tagore yang "Choker Bali" adalah pencapaian pertamanya. Novel 
      lainnya antara lain, Naukhaduni (1905), Sesber Kavita (1929), Jogajog (1930). Gora (1910) 
      adalah       karya fiksi Tagoore yang paling ambisius.

12.  The Home and The World (1916), Four Chapters (1934), novel politik.


Teramat jelas sekali bahwa Tagore adalah pemegang perana penting dalam renaissans India. Tagore hadir sebagai seorang penyelaras dan berusaha membangun jembatan pemahaman yang bertahan lama antara manusia dengan alam, manusia dan mesin, manusia dan Tuhan.


Oleh; Nur Zaidah





















Puisi